Bioetanol 80 Persen Gantikan Bensin



Berita Utama
01 Februari 2010
Penggagas Dusun Mandiri Energi (1)
Bioetanol 80 Persen Gantikan Bensin

Pencarian sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil terus
dilakukan. Salah satunya Soelaiman Budi Sunarto yang mengembangkan bioetanol dan gas metana untuk pengganti bensin dan gas elpiji. Istimewanya, bahan bakunya hanya memanfaatkan limbah sampah organik dan terbukti lebih ramah lingkungan. Berikut laporannya.

BENSIN saat ini menjadi bahan bakar utama penggerak kendaraan bermotor. Namun, bila ditambang terus menerus, persediaannya akan makin tipis sehingga harganya pun semakin mahal.

Karena itu, Budi Sunarto yang kini tinggal di Jalan Yos Sudarso Solo melakukan inovasi. Pria kelahiran Semarang 29 Mei 1963 itu mengembangkan bioetanol 96-100 persen untuk campuran bensin pada sepeda motor atau mobil. Perbandingannya 70 persen bensin dan 30 persen bioetanol. Namun, dia berhasil menggunakan bioetanol kadar 80 persen untuk pengganti bensin.

Bioetanolnya bukan buatan pabrik. Namun melalui penelitian bertahun-tahun di bengkel kerjanya di KSU Agro Makmur Jalan Joko Songo 33 Desa Doplang, Karangpandan, Karanganyar. Dia mampu mengolah sampah organik basah berpotensi busuk menjadi bioetanol sebagai pengganti bensin.

Pemenang empat penghargaan Menristek untuk karya teknologi paling inovatif tahun 2009 itu mengaku bukan penemu, melainkan hanya mengembangkan. Bioetanol dari singkong sudah lama ada. Namun kali ini, bahan baku yang digunakan adalah sampah organik basah seperti sisa restoran, sayur, dan buah busuk atau limbah air kelapa.

Caranya, air kelapa atau air perasan sampah ditampung dan difermentasi. Tiap 100 liter diberi 1 ons ragi, 1 sendok NPK, dan 2 sendok teh urea. Setelah diaduk rata didiamkan selama seminggu. Selanjutnya, cairan disuling agar keluar bioetanol. Ukur kadar alkohol dengan alkoholmeter.

Kadar 50 persen bisa untuk pengisi kompor pengganti minyak tanah. Bila kadarnya masih rendah, bisa ditambah kapur. Kumpulkan 150 liter bioetanol dalam satu tungku, tambahkan 1 kg kapur kemudian diaduk hingga rata.

”Kapur bersifat menyerap air, sehingga kadar alkohol bisa ditingkatkan hingga 80 persen atau bahkan 90 persen. Bioetanol 80 persen dapat mengganti bensin seluruhnya, dan ramah lingkungan karena tidak polusi,” ungkap dia.
Pengapian Diperbesar

Menariknya, kata dia, pemilik sepeda motor tak perlu mengubah mesin. Mengapa bioetanol dengan kandungan air 20 persen bisa menggantikan bensin? Ada penyesuaian sederhana yang harus dilakukan dengan biaya supermurah.

Namun, menurut dia, ada syaratnya. Pengapian pada busi harus diperbesar agar air dalam bioetanol bisa terbakar habis. Caranya sangat mudah yakni dengan menambahkan kapasitor pada aliran dari coil/CDR ke busi. Untuk motor menggunakan kapasitor 35-50 volt, sedang untuk mobil 100 volt, kapasitor mudah diperoleh dengan harga sangat terjangkau.

Setelah dipasang kapasitor api akan semakin besar. Bila kop busi dilepas dan didekatkan, kemudian motor dinyalakan akan terlihat semprotan api lebih besar, seperti jarum berwarna biru. Pada kondisi standar, lanjutnya, hanya ada percikan api.

”Dengan api lebih besar, air dalam bioetanol akan terbakar habis. Jadi bioetanol 80 persen bisa menggantikan bensin 100 persen tanpa mengubah mesin. Untuk sepeda motor, satu liter bisa untuk jalan 40 km, setara dengan bensin biasa,” katanya.

Pembuatan bioetanol itu bisa dilakukan secara bersama-sama di sebuah desa, melalui koperasi misalnya. Selain bisa mengatasi masalah sampah, usaha itu bisa menyerap lapangan kerja, memberikan keuntungan, dan prospeknya sangat bagus.

Salah satu gagasan dusun mandiri yang dia bayangkan adalah suatu desa yang bisa memenuhi sendiri kebutuhan energinya seperti bensin dan minyak tanah. Tak hanya itu, desa juga memproduksi gas metana dari limbah sampah organik kering untuk memasak dan bahan bakar generator penghasil listrik.
Dengan begitu, desa itu tak tergantung listrik PLN, bensin Pertamina dan gas ejpiji yang semakin mahal.(Merawati Sunantri-60)

0 Response to "Bioetanol 80 Persen Gantikan Bensin"