Gunakan Kekuatan Pers untuk Kepentingan Rakyat




Berita Utama
10 Februari 2010
HPN Ke-64
Gunakan Kekuatan Pers untuk Kepentingan Rakyat
PALEMBANG- Insan pers nasional diharapkan menggunakan kekuatannya dengan bijak dan turut berkontribusi dalam upaya menyukseskan kehidupan bangsa. Sebab, pers adalah salah satu elemen yang powerfull di Indonesia.

”Pastikan, power, kekuasaan, dan kekuatan itu digunakan secara konstruktif untuk kepentingan rakyat,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam peringatan Hari Pers Nasional (HPN) ke-64 di Ballroom Hotel Arya Duta Jalan POM IX Palembang, kemarin.

Rombongan presiden datang ke Palembang menggunakan pesawat khusus Boeing 737-500 dan tiba di Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II pukul 09.10. Sejak dari bandara sampai ke Arya Duta, rombongan disambut ribuan pelajar SD hingga SMA yang membawa bendera Merah Putih di sepanjang jalan.

Rombongan presiden antara lain terdiri atas Menko Ekuin Hatta Radjasa dan Mendiknas Muhammad Nuh. Sementara Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring lebih dahulu berada di Palembang.

Selain itu hadir pula Ketua DPR Marzuki Alie, Ketua MPR Taufik Kiemas, Ketua MA Harifin Tumpa, Duta Besar Tunisia untuk Indonesia Mohammed Mouldi Kefi, Ketua Umum PWI Pusat Margiono, dan tokoh senior pers.

Peringatan HPN ke-64 itu bertema ’’Kemerdekaan Pers dari dan untuk Rakyat’’. Di Hotel Arya Duta, sekitar 1.500 undangan disuguhi tari selamat datang ”Gendhing Sriwijaya” yang dibawakan oleh penari dari Sanggar Cempaka Palembang.

Pada kesempatan tersebut, presiden menyampaikan Pesan Palembang yang berisi dua hal. Pertama, demokrasi yang mekar dewasa saat ini adalah jalan panjang dan proses yang disertai dengan perjuangan luar biasa, termasuk perjuangan pers. Dari suasana otoritarian menjadi suasana yang demokratis, pemerintah mendukung kebebasan pers.

Tetapi presiden mengingatkan, demokrasi yang akan dituju adalah demokrasi yang bertumpu dari dan untuk rakyat (people center democracy), bukan state center democracy (untuk kekuasaan). Di banyak negara ada fenomena media center democracy. ”Sebagai kepala negara, saya berpesan teruslah memainkan peran yang tepat sehingga lahir people center democracy,” pinta SBY.

SBY juga menginginkan liputan pers seimbang dan seimbang (balance dan cover both side). ”Mengkritik gubernur A misalnya, maka berikanlah ruang untuk gubernur menjelaskan persoalannya, maka rakyat akan mengetahui sebab akibat dan duduk perkaranya. Dengan begitu, telah terjadi keadilan karena cover both side. Bahasa menujukkan karakter bangsa, jadi silakan diaplikasikan di dunia pers,” pintanya.
Penghargaan Adinegoro

Adapun pesan kedua adalah, pers saat ini menjadi salah satu elemen yang powerfull di Indonesia. Karena itu, pastikan bahwa power itu digunakan secara tepat dan konstruktif. Pers sekarang bisa memilih, menentukan, dan membatasi selama power yang dimiliki digunakan dengan baik dan tepat.

Dahulu, lanjut SBY, presiden dan eksekutif surplus power karena tatanannya memang seperti itu. Memasuki era reformasi dan amandemen UUD sebanyak empat kali, maka kekuasaan yang full dimiliki eksekutif dikurangi, karena presiden harus minta pertimbangan DPR. ”Saya pikir itu baik dalam rangka check and balance. Kekuasaan yang ada di banyak lembaga negara, tolong digunakan secara baik,” tegasnya.

Menkominfo Tifatul Sembiring dalam sambutannya mengatakan, kebebasan pers harus dipegang bersama. Dia mengingatkan agar pers juga memberitakan keberhasilan bangsa, tak melulu menyuguhkan berita mengenai unjuk rasa. ”Banyak kegiatan lain seperti pekerja di perkebunan, guru sekolah di desa terpencil, pemuda yang memenangi perlombaan sains, dan sebagainya. Sekritis apa pun pers, pemerintah tetap menilai secara positif,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, ditandatangani ratifikasi oleh 18 perusahaan pers. Kemudian, pemberian penghargaan Number One Press Card kepada 18 orang, yakni Rosihan Anwar Jakob Oetama (diwakili Rikard Bagun), Herawaty Diah, Dahlan Iskan, Budiono Darsono, Ishadi SK, Lukman Setiawan, Karni Ilyas, Pia Alisyahbana, Sumita Tobing, M Soleh Thamrin, Syafik Umar, Fahri Mohamad, Tarman Azzam, Leo Sabam Batubara, Rahman Arge, Ismail, Djalili, dan Bambang Harymurti.

Penghargaan karya jurnalistik Adinegoro diberikan kepada M Fitrah dari Surat Kabar Singgalang untuk kategori foto dan Malela Mahargani dari Koran Tempo untuk kategori tajuk rencana berjudul ’’Berikanlah Keadilan untuk Prita’’.
Menurut Ketua Umum PWI Margiono, tahun ini untuk kategori berita tidak ada pemenangnya karena tak ada yang memenuhi syarat.

PWI juga menyerahkan penghargaan Anugerah Spirit Jurnalisme kepada Rosihan Anwar serta pena emas kepada Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin serta Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat Tarman Azzam. (A2-65

0 Response to "Gunakan Kekuatan Pers untuk Kepentingan Rakyat"