Soemantri Biasa Cangkok Organ, Tatty Kerap Lek-lekan




Berita Utama
10 Februari 2010
Tim Cangkok Hati, Orang Tua Kedua Bilqis
Soemantri Biasa Cangkok Organ, Tatty Kerap Lek-lekan
MESKI belum dipastikan kapan operasi akan dilakukan, paling tidak nasib Bilqis sudah mulai ada titik terang. Bukan hanya hati baru yang bakal didapat anak kedua pasangan Donny Anindya Passa dan Dewi Farida itu. Setelah operasi, Bilqis juga bakal mendapatkan orang tua baru.

Bukan karena dia diadopsi, tetapi itu terkait dengan perawatan dan pengawasan seumur hidup yang harus dijalaninya. Ya, orang tua kedua Bilqis tersebut tak lain adalah anggota Tim Cangkok Hati RSUP Dr Kariadi yang bukan saja akan ’’memasang’’ hati baru, tetapi juga memantau perkembangan Bilqis seumur hidupnya. Bagi Tim Cangkok Hati RSUP Dr Kariadi, Bilqis adalah ’’anak’’ kedua mereka setelah Ulung Hara Hutama yang menjalani pencangkokan pada 2006.

Melihat perannya yang begitu besar, tentunya anggota tim tersebut bukanlah orang sembarangan. Mereka yang terdiri atas 41 orang itu memiliki keahlian khusus dalam bidang kedokteran. Simak saja sederet nama seperti Prof dokter Ag Soemantri SpA(K)Ssi, dokter Yulianto Suwardi SpBA, Dr dokter Hj Tatty Ermin Setiati SpA(K), dan dokter Bambang Sudharmanto SpA (K).

Sebagai anggota tim yang paling senior, Soemantri punya penampilan cukup unik. Yang menjadi penyebab tak lain adalah topi pet dengan bentuk seperti yang sering dikenakan Pak Tino Sidin, pengasuh acara anak-anak di TVRI era 1980-an. Tapi Soemantri bukan ingin bergaya. Topi itu dipakainya untuk mencegah vertigo yang dia derita, kambuh.

Bagi Soemantri, urusan cangkok-mencangkok organ tubuh bukanlah hal baru. Dia merupakan pencetus cangkok sumsum tulang belakang dan sel punca. Cangkok sumsum tulang belakang pertama di Indonesia yang berhasil dilakukannya pada 1987 menjadi harapan baru bagi para penderita leukimia yang sebelumnya divonis tak bisa disembuhkan. Karena kepeloporannya, baik yang bersifat inovatif ataupun aplikatif, serta dedikasinya yang tanpa lelah untuk dunia kedokteran, dia memperoleh penghargaan Achmad Bakrie di bidang kedokteran tahun 2009.

Bagi Soemantri, operasi yang akan dilakukan pada Bilqis cukup menyita pikiran. Pemeriksaan dan pertemuan dengan anggota tim yang lain membuatnya kerap pulang larut malam. Protes pun sering terlontar dari istri dan putri-putrinya tercinta.

Segala tetek-bengek urusan Bilqis juga membuat dirinya acap kecapaian. Wajar, sebab selain mempersiapkan operasi tersebut, dia harus berurusan dengan keluhan puluhan pasien yang tiap hari antre di rumahnya, Jl Sompok Baru 61, Semarang.

Soemantri punya langkah jitu untuk membuat pikirannya tetap tenang, yaitu kipas angin yang dipasang di ruang praktiknya yang sebenarnya sudah dilengkapi AC. ”Kalau kena kipas angin, kepala jadi adem dan mikirnya bisa enteng,’’ kata laki-laki yang mengaku sangat menyukai kerokan tersebut.
Ronda

Keahlian Dr dokter Hj Tatty Ermin Setiati SpA(K) juga tak kalah pentingnya dalam menentukan keberhasilan operasi. Sebagai ahli intensive care, perannya lebih banyak dibutuhkan setelah operasi. Tugasnya memantau perkembangan pasien dalam hitungan detik, menit, jam, bahkan hari. Untuk itu tak jarang dia harus merelakan diri ’’ronda’’ atau lek-lekan di rumah sakit demi memastikannya pasiennya dalam kondisi baik.

Keterlibatan wanita yang acap tampil funky dengan rambut yang dicat warna burgundy itu tak hanya dalam operasi Bilqis. Pada operasi Ulung dan pemisahan bayi kembar siam pun dia turut ambil bagian. Untuk urusan kemedisan, Tatty bisa menjadi pribadi yang sangat keras, mengingat pekerjaannya berkait erat dengan keselamatan pasien.

Dokter Bambang Sudharmanto SpA(K) yang memilih bermain dengan cucu atau merawat mobil kesayangannya. Atau melukis seperti yang dilakukan dokter Ag Soemantri.

Di sisi lain, operasi pada Bilqis memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Pemotongan hati sangat memungkinkan terjadinya pendarahan hebat. Sebagai spesialis bedah anak, dokter Yulianto yang juga ketua Tim Cangkok Hati memiliki solusi tersendiri, yakni menggunakan pisau khusus yang disebut harmony scalpel.

Pisau seharga ratusan juta itu mampu memotong hati tanpa menimbulkan pendarahan. Di samping harmony scalpel, pemotongan hati juga bisa dilakukan dengan menggunakan cusa. (Roosalina, Garna Raditya-65)

0 Response to "Soemantri Biasa Cangkok Organ, Tatty Kerap Lek-lekan"