Sopir Angkutan Pilih Jalur Lama




Berita Utama
05 Februari 2010
Menikmati Tol Kanci-Pejagan (2-Habis)
Sopir Angkutan Pilih Jalur Lama

JALUR tol Kanci (Cirebon)-Pejagan (Brebes) yang mestinya mempersingkat waktu tempuh perjalanan, tak semua disukai para sopir, khususnya angkutan umum dan barang. Masalahnya, tol sepanjang 35 Km itu tarifnya dinilai terlalu mahal. Untuk kendaraan kelas I Rp 21.500, II Rp 32,500, III Rp 43.500, IV Rp 54.500 dan V Rp 65.000.

Tarif kelas I lebih mahal dari tol Kanci-Plumbon sepanjang 74 Km yang hanya Rp 8.500. Karena itu tak heran, banyak pemakai jalan menyebut tol ini paling mahal di Indonesia. ‘’Buat apa lewat tol, tarifnya mencekik leher,’’ ujar Mashudi (40) sopir bus jurusan Yogyakarta-Jakarta.

Bagi pengemudi angkutan umum, tarif sebesar itu sangat membebani biaya perjalanan. Lagi pula jalan pantura Brebes-Cirebon, masih dianggap nyaman karena menggunakan empat lajur. ‘’Ya kalau kepepet jalur pantura macet, tol Pejagan-Kanci bisa menjadi alternatif ketimbang menunggu lama di kemacetan,’’ tutur seorang pengemudi.

Banyaknya pengemudi angkutan umum dan barang memilih jalur lama, terlihat di jembatan timbang (JT) Tanjung, Brebes. JT Tanjung berada sekitar 500 meter dari ruas pintu masuk tol Pejagan.

Menurut Pengawas Operasional JT Tanjung M Sugiono, sejak tol dioperasikan 26 Januari, hanya terjadi penurunan arus lalu lintas truk (kendaraan barang) sekitar 20 persen. Sebanyak 80 persen lainnya, masih melewati jalur pantura dan masuk JT Tanjung.

Dalam pengamatannya, tol banyak digunakan kendaraan pribadi dan truk trailer. Bagi yang belum pernah lewat, biasanya sekadar mencoba, setelah lewat dan tahu tarifnya mahal, kembali ke jalur pantura.

Herman, seorang pengemudi truk, mengatakan masih memilih jalur pantura ketimbang lewat tol. Dia punya pertimbangan sendiri tidak lewat tol karena menjaga keawetan ban kendaraan. Badan jalan tol ini memang menggunakan konstruksi teknologi beton cetak, tanpa menggunakan aspal hotmix pada umumnya. Konstruksinya hampir sama dengan tol Cipularang-Purbalenyui, pada awal pembangunannya. Namun tol tersebut sudah dilapis aspal, sehingga kini lebih nyaman. Dia mengatakan, sistem beton untuk jalan bisa memperpendek usia ban. ‘’Apalagi kalau ban kendaraan sudah divulkanisir, jadi lebih cepat rusak,’’ tuturnya.
Lebih Nyaman

Pengalaman pengemudi kendaraan umum berbeda dengan kendaraan pribadi. Mereka umumnya memilih masuk tol, daripada jalur daendels pantura. Umumnya mereka mempertimbangkan kecepatan waktu tempuh, dan keamanan di jalan. Jalur pantura Brebes-Cirebon, yang ditengarai sering macet kurang aman bagi pemakai kendaraan pribadi.

‘’Kalau lagi apes jalan macet muncul preman jalanan yang suka memaksa minta uang atau barang, kan repot,’’ ungkap Agus Samhudi (47), pengemudi sedan dari Semarang, yang hendak ke Jakarta.

Tentang rute tol itu, Agus mengkritik sepanjang jalan 35 Km tidak ada lampu penerangan jalan umum. Lampu penerang jalan bisa ditemui hanya di ruas pintu masuk Pejagan dan pintu keluar Kanci. Bahkan, ruas pintu keluar-masuk yang direncanakan akan dibangun di Ciledug-Kabupaten Cirebon belum dibangun pengembang jalan tol. Karena itu warga Jabar yang ada di perbatasan Jateng-Jabar tidak bisa masuk jalan ini. (Wahidin Soedja-60)

0 Response to "Sopir Angkutan Pilih Jalur Lama"